Minggu, 02 September 2012

Metamorphosis Sang Dewi

    " Telur berubah menjadi ulat kemudian menjadi kepompong. Barulah setelah beberapa mingu dari  kepompong itu keluar sebuah kupu-kupu". Begitulah bu. Patria yang sedang menerangkan proses metamorposis pada kupu-kupu.
Sudah hampir tiga puluh menit beliau menerangkannya.tidak banyak anak yang serius memperhatikanya. Ika dan angi sedang ngemil jajanan dari kantin. Disebalahnya emil dan mayanag sedang sibuk dengan ponselnya. Kabel alias kelompok anak belakang malah asyik tidur. Sementara dewi mencoba untuk serius memperhatikan proses metamorvosis  pada kupu-kupu, bagaimana mungkin ulat yang tadinya terlihat menjijikan bisa berubah menjadi kupu-kupu yang cantik. dewi mulai berpikir andai saja dewi bisa bermetamorvosisi seperti kupu-kupu, dewi ingin sekali berubah dari kehidupannya yang penuh dengan luka, putus asa dan dosa menjadi dirinya yang damai. Di usianya yang masih muda dewi sudah terjerumus dalam lembah hitam narkoba, bahkan dia sudah tidak bisa lepas lagi dari jeratan narkoba yang menjadikannya sebagai seorang pemakai barang haram itu, barang haram yang selama ini selalau menemaninya.

           Teee......t. Bel tanda usai sekolah menyadarkannya dari lamunan. "Baiklah,besok kita lanjutkan lagi, tolong kalian kerjakan LKS halaman 21-25 di rumah dan dikumpulkan dua hari lagi melalui ketua kelas, terimakasih". Bu Patria langsung meningalkan kelas tanpa mendengarkan protes dari kami.
Hari itu dewi pulang sendiri, menunggu bis tanpa susi dan evi karena sore ini mereka ada kajian rohis di sekolah.
Saat bosan menunggu bis yang dewi tungu-tungu dari tadi tak kelihatan lewat entah dari mana pikiran tentang proses metamorvosis itu kembali menyeruak minta di pikirkan dalam otaknya, terlebih saat dia melihat ukhti Tri di musola, yang dengan kecantikanya dia lebih indah dari pelangi, dengan ahklaknya dia lebih mulia dari bulan, dan dengan kerendahan hatinya dia leih lembut dari rintik hujan, dia selalau menjaga kecantikanya dengan keimanan dan kerelaan dalam menerima apa yang ada dengan senang hati, dan jilbab yang senantiasa dikenakanya seolah menjaga harga dirinya.
Berbeda sekali denganku! . ingin rasanya ku punya pangil ukhti dewi, (ucap dewi dalam hatinya)
ROHIS! kata itu muncul dalam benaku.apakah ini petunjuk dari Allah untuku? Seru sebuah bagian hatiku. Tapi apakah pantas orang sepertiku masuk dalam organisasi itu? seru bagian hatiku yang lain.Inilah saatnya kamu mencoba bermetamorvosis seperti kupu-kupu bukankah Allah maha penerima taubat? seru bagian hatiku yang bersih menghapus bagian hatiku yang kotor. Dan ketemukan diriku dalam keadan kembali.
ku dengar ada suara yang memanggilku,rupanya dia,kaka kelas berbaju putih abu-abu yang ku suka tampak mendekat.
            "wi,kamu dah sollat belum?"
            "belum ka,lagi nunggu bis"
             "bisnya kayanya masih lama wi, kita sollat berjamah sama anak-anak dimusola dulu ya?
karena nga enak nolak ajakanya. Ku iyakan untuk solat berjamaah di mushola walaupun ku tahu mungkin tuhan tidak mau menerimaku, ku sudah lama meningalkan sollat. Seolah ada rekatan dalam hidupku seolah kualitasku hampa sekecil tiram kehilangan berat dalam kesendirian, berjuang perlahan untuk masa depan yang gelap. Aku coba lawan pikiranku itu,walaupun sesering ku mencoba melawanya, semakin sering pula pikiran itu datang.
Setelah lama ku tinggalkan solat dan melupakan Allah, sekarang ku kembali padamu.meminta ampun atas semua kesalahanku ku selama ini ku lakukan.butir-butir cinta air mataku tak kuasa ku tahan teringat semua khilaf dan salah selama ini ya Allah.
              Sejak saat itu dewi masuk dan bergabung dalam organisasi yang semula tak pernah terfikirkan olehnya untuk masuk ke dalamnya. Tapi malah sebaliknya! disini dewi merasakan kalo dewi nga sendiri, ada mereka yang selalu bersamaku, kini ku sadar rohis bukan hanya sebuah organisasi saja buatku, tapi lebih dari itu. Rohis adalah rumah buatku dan aku telah menjadi kelurga dalam rumah itu. Mereka selalu mendukungku untuk lepas dari jeratan narkoba yang telah menjauhkanku dari  Allah.perlahan ku mulai merubah diriku.
Krudung yang selama ini terlipat rapih di lemari mulai ku kenakan di kepalaku, pakaian yang semestinya tidak ku pakai mulai ku ganti dengan pakaian yang bisa menjaga harga diriku. Perhiasanku yang semula emas dan permata ku ganti dengan 2 kakaat menjelang subuh, dahagaku ditengah hari yang panas saat berpuasa, air mata taubat, sujud panjang di atas karpet ibadah dan rasa maluku tatkala tergoda oleh bisikan nista godaan setan.
             Awalnya tak sedikit yang mencibir, mencaci bahkan memakiku, "tuh dewi so alim pake jilbab segala"
"kenapa tuh anak? tumben sollat di musola". Dan masih banyak lagi bisikan-bisikan lain yang membuatku hampir putus asa.Tapi ukhti tri dan kaka-kaka dari rohis tak henti mendukung dan membelaku.
                "tri, apa ku terlihat berlebihan dalam perubahan ini? mereka selalu mencibirku"
                "sabarlah,,,,dewi"
                "sampai kapan ku harus sabar? bukankah sabar itu ada batasnya?
                "kamu salah, sabar nga pernah ada batasnya. Yang terbatas hanyalah kemampuanmu untuk
                  bersabar. Yakinlah bahwa nga ada kata berlebihan dalam peubahan, Allah akan selalu
                  bersamamu ukhti dewi,,,,,"
panggilan ukhti buat dewi dan orang orang yang selalu mendukungku membuatku tak mempedulikan lagi semua caci dan maki yang terarahkan padaku. Yang ingin kulakukan sekarang adalah ku bisa lepas dan sembuh dari ketergantungan narkoba yang sulit untuku melepaskanya.
Rasa sakit yang teramat sangat kurasakan saatku sakau. Yang membuat jantungku berdetak tak menentu. Bahkan dada ini terasa sakit bila jantungku berdetak seperti itu. Ditambah deru nafasku yang sesak. Hal ini biasa terjadi padaku dalam waktu yang tiba-tiba, bahkan tak terduga.
               Tubuhku mulai terasa lemas ketika aku harus berlari mengitari lapangan sekolah. Saat mata pelajaran penjaskes. Tubuhku terus bertambah lemas lagi ketika otaku tiba-tiba berdetak nyeri dalam kepalaku ini karena sakitku kambuh tak terduka, dan terik matahari yang mulai menyenggat kulitku disiang hari, kaka Sem pun tampak mendekat mencoba menagkap tubuhku yang lemas ini. Nafasnya yang hangat menerpa wajahku sekaligus menjadi obat tidurku dalam dekapanya kini.
Beberapa saat berlalu, mimpi gelapku terusik oleh suara alat-alat medis di sebelahku. Perlahan mulai ku buka ke dua mataku yang terasa berat ini. Dan hal pertama yang kulihat meski dalam keadaan pusing dan kabur adalah orang-orang yang ku kenali sebagai sahabatku, ukhti tri, kaka didi, teman-teman rohis dan seorang wanita cantik bagai malaikat yang memegang tanganku sangat erat. Hinga tak mungkin bisa ku lepaskan.Ya,,,wanita itu ialah tanteku. Orang yang paling ku sayang di dunia ini, karena aku hanya sebatang kara tanpa dirinya.
Bisakurasakan suasana haru yang pecah di ruangan ini. Kulihat mata mereka basah dan lembab oleh air mata yang mereka keluarkan.ku langsung memejamkan mata ketika sang dokter menganguk, memberikan intruksi kepada dua perawat wanita yang berada da kanan dan kiriku.
      selama ku memejamkan mata sempat terbayang dosa-dosaku. dalam kegelapan itu tanpa sadar ku mulai bermuhasabah. Wahai... Pemilik nyawaku Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dariMu Kupasrahkan semua padaMu
Tuhan... Baru ku sadar Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur Kini kuharapkan cintaMu
Kata-kata cinta terucap indah
Mengalun berzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Tuhan... Kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati Pertemukan aku denganMu
dan izinkanlah aku untuk mati dalam keadaan khusnul khotimah.
kurasakan jantungku mulai melemah, seirama dengan nafasku yang di keluarkan alat pendeteksi jantung yang berada di sampingku. Tapi seorang datang hinga membuat jantungku berdetak normal karena keberadaanya.
senyum manisnya melemaskan otot-otot yang sebenarnya akan tak berfungsi lagi, dialah kaka sem dan juga teman-teman dari rohis.
           "Hey.....!" itulah kata pertama yang keluar dari bibir manisnya. Senyumanya membuat bibirku juga melengkung senang "dewi, kami semua menyayangimu,kamu telah berubah dari dewi yang dulu"
ku puas dengan hasil kerja kerasku untuk ku bisa bermetamorposis.
Terlebih ketika ia dan semua yang ada di ruangan operasi memeluk tubuh lemahku ini. Beberapa memori dalam otaku mengigatkan ku tentang kebahagiaan yang ku lewati bersama mereka.
            "Jadi dengan ini, kami harap kamu bisa berjuang dalam melawan sakitmu. Ini karena kami disini akan terus di sampingmu menemanimu.
         Air mata kembali menetes bahkan lebih deras lagi. ini semua bagai pelangi di awal kelabu. Dimana orang-orang yang ku sayang datang tepat tepat ketika ajal mulai menjemputku.
tapi, secara tiba-tiba, di suasana yang haru itu, jantungku pun terasa berdetak menyakitkan di dalam dada ini. Dalam frekuensi detaknya yang pelan.sempat ku lihat cahaya keperakan di belakang kaka sem, serta sekelabat bayangan berwarna hitam pekat di sekitarku.
        Dan kata terakhir yang menuntaskan semuanya pun dapat keluar dari mulutku yang semula bisu ini "AKU...SAYANG KALIAN,AKU NGA INGIN PERGI MENINGALKAN KALIAN,AKU BUTUH KALIAN, tapi dewi mohon maaf karena ia telah menjemputku, lihatlah cahaya keperakan itu, itulah pintu yang akan ku lalui, selamat tingal.ka sem, sahabatku, dan tante. LaillahaillAllah, muhamadarosullulAllah.........."
"DEWI! kamu harus kuat!kamu harus bertahan!kami nga ingin kamu pergi! Dewi tolong buka matamu!!!!
suara orang-orang yang histeris di sekitarku menjadi oabat penidurku untuk selamanya........
THE END!
terimakasih udah mau baca :)

                                                                                                    
                                                                                                      http://phentemzen-ihdizen.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar